Dari ngebut naik tangga sampai berenang nyebur sendiri, Arwen dan Arya di usia 1,5 tahun pada dasarnya emang cukup berani sih, kadang terlalu nekad malah, bikin jantung mamma mau copot rasanya. π± Tapi biar gimana, aku seneng juga sih hehe, karena aku sendiri emang berharap mereka tumbuh jadi anak yang pemberani.
Tapi apakah Arwen-Arya dari dulu udah seberani itu? Hmm, ga juga lho.
Takut sama Daun
Eh, beneran! Jangan diketawain dulu anak mamma. Jadi ceritanya, waktu awalnya aku dan Ant ajak Arwen-Arya jalan sore keliling taman, kita tunjuk-tunjuk kan tuh, "Ini bunga, itu kucing 'miaw', itu kakak lagi naik sepeda," terus aku ajak mendekat ke tanaman yang rimbun gitu, "Nah, ini daun". Whoa, serentak Arwen dan Arya menolak habis-habisan, antara takut atau jijik gitu pegang daun.
Selain daun, dulu Arya juga sempet takut sama kolam renang. Kebalikan dari Arwen yang dari di perut udah hobi banget 'berenang' (taunya dari USG, Arya selalu lebih berat 0,3kg dari Arwen dan keliatan dia tuh chill aja selalu di perut bagian bawah aku, sedangkan Arwen selalu pindah-pindah tempat), nah si Arya ini tiap berenang pasti maunya nempel kayak koala sama aku atau Ant.
Nah, kalo Arwen lain lagi. Dia sempet takut... jalan! Arya tuh mulai jalan pertama kali di usia 9 bulan. Sedangkan Arwen mulainya di usia 1 tahun. Arwen itu observant sekali, jadi awalnya tuh banyak kegiatan seperti belajar jalan, cobain mainan baru, itu semuanya dia kasih Arya yang coba dulu. Kalau dia lihat aman, baru dia juga mau nyoba (((si cece Arwen iniihhh))).
Terus gimana caranya mereka akhirnya mau (dan suka) berenang, jalan sampai lari, dan pegang daun? π
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Tentunya aku harus sering-sering mengenalkan hal baru sama mereka, dengan nada yang positif biar mereka ga takut mencoba. Dibawa fun aja, gitu, tapi ga usah diburu-buru, apalagi diancam (waduh, film thriller kali, "PEGANG DAUN INI ATAU JATAH SUSU BERKURANG" ππ).
Aku sendiri ga tahu kenapa mereka bisa takut sama daun, padahal sama bunga nggak. Malah mereka suka kalau aku ajak pungutin bunga yang jatuh dari pohon. "Nga, nga," gitu sebutan Arwen-Arya buat bunga. πΈ Tapi ya sudah, kalau lagi jalan-jalan, aku coba tunjuk dari jauh dulu aja, "Tuhhh, kalau bunga warnanya piii.....?" Lalu mereka jawab, "PINK!". "Kalau pohon warnanya hiiii....?" Terus kita sama-sama, "JO!". Lalu aku pegang duluan daunnya, "Eh lihat deh, daun lucu ya? Warnanya hijau. Arwen/Arya coba pegang, deh." Awalnya mereka masih ga mau, tapi setelah beberapa kali, akhirnya mauuuuu yay! πΏ Small win for mamma hihi. Next fear to conquer: jalan di rumput. Iyaaa, masih pada takut geli-geli gitu kalau diajak jalan di rumput wkwk.
Pil Peluk
Kalau Arwen dan Arya udah kelihatan takut banget, obat paling manjur menurut aku itu adalah PELUKAN. Yup. π€ Contohnya, waktu Arya ketakutan di kolam sampai nangis, aku peluk dia erat-erat, tenangin dia dulu sambil bilang, "Iya, iya, gapapa kok, nih mamma disini, Arya sama mamma, ya?" Lalu baru setelah dia tenang, perlahan aku jalan cepat di kolam, "Wowww, liat deh, kita ngebuuuttt," sambil goyang-goyangin kaki Arya, "Tuh lihat tuh, kamu bikin kita ngebut! Puk, cipak cipuk!" Pelan-pelan Arya pun bisa ketawa dan mulai ikutan goyangin kaki dia, walau tangannya masih pegangan erat sama aku, hihi. Gapapa ya nak, one step at a time. ππ
Babies Understand
Giliran Arwen nih. Waktu awal belajar jalan itu, aku lumayan takut dia jadi gak pede karena Arya kan udah bisa jalan 3 bulan lebih awal, dan ada beberapa oknum (mari tidak menyebut nama, tapi ya sudah lah ya haha) yang jadi ngebanding-bandingin gitu, "Hayo loh, Arya udah bisa jalan tuh, Arwen kapan? Nanti ketinggalan jauh lho." Resiko anak kembar nih btw, pasti sampai kapanpun akan selalu dibanding-bandingkan, atau disama-samakan ya. π
"Tapi kan mereka baru 1 tahun, dibanding-bandingin mana ngerti sih?"
Wah, jangan salah lho, babies are very sensitive. Mereka itu walau belum mahir bicara bahasa kita, tapi dari yang aku baca-baca dan yang aku rasakan sendiri, bahkan sejak lahir pun bayi udah bisa 'menerka' perasaan kita berdasarkan ekspresi, nada bicara, dan perkataan kita. Jadi berdasarkan hal itu, aku selalu treat Arwen dan Arya as if they FULLY understand. Aku pikir sendiri aja, kalau aku kasar, nyinyir atau ngomong sesuatu yang bisa menyinggung perasaan mereka (seperti membanding-bandingkan, misalnya), itu pasti akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan mental mereka, dan worst case, bisa luka batin sampai mereka beranjak dewasa. >_<
So, waktu Arwen belum bisa jalan, aku santai aja. Toh, setiap anak, bahkan anak kembar identik pun punya kemampuan, potensi dan kecepatan berkembang sesuai pace mereka masing-masing. Waktu akhirnya Arwen bisa jalan, wahhh senengnya minta ampun. Ga berapa lama pun, Arwen malah lebih akrobatik dibanding Arya, segala dipanjatin, dari kursi, sofa, meja, dan Arya pun ikut-ikutan. π
Menjadi Busur yang Kuat
Ada yang familiar dengan puisi Kahlil Gibran berjudul "Anakmu Bukan Anakmu" ini?
Anakmu bukanlah anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu.
Dan meskipun mereka ada bersamamu,
tapi mereka bukan milikmu.
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu,
tapi bukan pikiranmu.
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri.
Engkau bisa memberi rumah untuk tubuh mereka,
tapi bukan jiwa mereka.
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok
yang tak pernah dapat engkau kunjungi,
meskipun dalam mimpi.
Engkau bisa menjadi seperti mereka,
tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu.
Karena hidup tidak berjalan mundur
dan tidak pula tenggelam di masa lampau.
Engkau adalah busur,
dan anak-anakmu adalah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah telah membidik arah keabadian,
dan Dia meregangkanmu dengan kekuasaanNya,
sehingga anak-anak panah itu dapat melesat dengan cepat dan jauh.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana pula dikasihinya busur yang kuat.
Mereka adalah anak-anak kehidupan
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu.
Dan meskipun mereka ada bersamamu,
tapi mereka bukan milikmu.
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu,
tapi bukan pikiranmu.
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri.
Engkau bisa memberi rumah untuk tubuh mereka,
tapi bukan jiwa mereka.
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok
yang tak pernah dapat engkau kunjungi,
meskipun dalam mimpi.
Engkau bisa menjadi seperti mereka,
tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu.
Karena hidup tidak berjalan mundur
dan tidak pula tenggelam di masa lampau.
Engkau adalah busur,
dan anak-anakmu adalah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah telah membidik arah keabadian,
dan Dia meregangkanmu dengan kekuasaanNya,
sehingga anak-anak panah itu dapat melesat dengan cepat dan jauh.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana pula dikasihinya busur yang kuat.
- - -
Bagus banget ya, puisinya. ππ
Indah dan sedih, tapi sebenernya logis dan relevan sekali dengan peran kita sebagai orang tua di dunia ini. Kalau menurut puisi Kahlil Gibran ini, apa aja sih yang dapat diberikan orang tua pada anaknya?
Cinta dan rumah untuk tubuh mereka.
Engkau dapat memberikan cintamu,
tapi bukan pikiranmu.
tapi bukan pikiranmu.
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri.
Setuju banget sama Mas Kahlil (eh?) yang sesama Capricorn (ehhh???).
Seperti yang tadi telah aku bahas di atas, aku percaya setiap anak adalah individu yang unik, yang terlahir dengan potensi dan pikiran sendiri. Sebaik apapun niatnya, kalau kita paksakan pikiran kita terhadap anak atau mencoba merubah jati diri mereka, (misal: kita ingin anak menjadi dokter, karena kan 'demi kebaikan mereka juga') pada akhirnya kalau anaknya ga mau jadi dokter, akhirnya mereka malah memaksakan diri dan menjalani hidup sebagai dokter demi kita, orang tuanya. Apakah mereka akan bahagia? Mungkin iya, mungkin nggak. Tapi menurut aku, apapun yang dijalani karena terpaksa, itu hasilnya ga akan sebaik yang emang dijalani dengan tulus hehe.
But that doesn't mean kalo anak ada salah, kita jadi ga boleh menyalurkan pikiran kita ya. Kalo yang aku tangkep dari puisi ini, dan yang aku coba tanamkan ke parenting style aku sehari-hari adalah, kalau Arwen dan Arya ada salah, seperti tiba-tiba mukul atau banting barang, misalnya, aku coba tegur mereka tapi ga dengan dibentak atau (amit-amit) dipukul gitu, melainkan diajari baik-baik with love~~~ ππ
Engkau bisa memberi rumah untuk tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka.
Mengenai 'rumah untuk tubuh mereka', ini sangkut pautnya lebih ke secara fisik ya, bukan mental. Jadi selain menyediakan lingkungan tempat tinggal, bermain dan belajar yang bersih dan mumpuni, aku sebagai orang tua juga harus memastikan TUBUH tempat tinggal Arwen dan Arya juga selalu bersih dan sehat.
Selain personal hygiene yang rutin dijaga dan dilatih setiap hari sampai mereka mandiri - seperti mandi, sikat gigi, toilet training, dan sebagainya, yang juga tidak kalah penting buatku adalah mengawal asupan nutrisi Arwen dan Arya setiap hari agar tumbuh kembang mereka sesuai dengan anjuran dokter dan WHO.
Salah satu caranya adalah dengan mengatur sarapan, makan siang dan makan malam mereka berupa mpasi dengan komposisi lengkap dan seimbang baik makronutrien (karbohidrat, lemak, protein) serta mikronutrien (vitamin dan mineral). Dan khusus untuk Arwen, aku berikan juga susu yang mengandung Whey Protein seperti Nutren Junior dari Nestle Health Science untuk menunjang pertumbuhannya, karena berat badan Arwen itu biasanya di bawah garis batas bb normal menurut standar WHO. Nutren Junior ini sudah tersedia di e-commerce, dan merupakan "produk yang diformulasikan secara khusus untuk anak yang memiliki risiko gagal tumbuh, gizi kurang atau gizi buruk usia 1-10 tahun". Jadi, kalau anak masih berusia di bawah 1 tahun, belum boleh minum susu ini ya.
Nah, terakhir, masih menurut puisi Kahlil Gibran di atas, sebagai orang tua pun, kita harus menjadi busur yang kuat, mantap dan stabil, agar anak panah (anak kita) yang diluncurkan dapat melesat cepat dan jauh. Tidak lupa juga:
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana pula dikasihinya busur yang mantap.
Jadi dalam prosesnya pun, kita usahakan selalu dengan perasaan happy ya. π€
Kalau boleh aku rangkum, jadi yang bisa aku lakukan sebagai orang tua adalah mendampingi dengan penuh cinta dan menyediakan lingkungan yang terbaik (sebaik yang aku bisa) untuk Arwen dan Arya, agar mereka bukan hanya bertumbuh kembang optimal, tapi juga menjadi pribadi yang kuat dan bahagia menjadi diri mereka sendiri, amiiin! π
Moms and Dads yang lagi baca ini,
jadi pengen tahu deh, sekarang #SiKecilTangguh nya Moms dan Dads lagi punya aktivitas seru apa, dan support apa aja yang biasa kalian berikan? Share dong ke aku di kolom komen, penasaran akutu. π